Jumat, 12 Agustus 2016

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

V. KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam struktur organisasi. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu digunakan manajer untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam komunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang manajer keperawatan. Mengingat banyaknya waktu yang digunakan oleh manajer untuk berkomunikasi (mendengar dan berbicara), sehingga jelas bahwa manajer harus mempunyai keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Manajer harus berkomunikasi dengan staf, pasien, dan atasan setiap hari. Praktik keperawatan adalah praktik yang berorientasi pada kelompok/hubungan interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk menciptakan komitmen dan rasa kebersamaan, perlu ditunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi.
Proses Komunikasi
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang berkomunikasi. Dasar model umum proses komunikasi menunjukkan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, di mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan ekternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks, manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap berikut.
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika ada pihak lain yang akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2008) menekankan bahwa prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah CARE: Complete, Acurate, Rapid, dan English.
4. Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat. Artinya, setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang lain adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas pada abad ini.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya adalah meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
Model Komunikasi
Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam mengomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
1. mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis;
2. menulis nama orang dalam tulisan Anda dan perlu dipertimbangkan dampaknya;
3. gunakan kata aktif, di mana akan mempunyai pengaruh yang baik;
4. tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang lain;
5. gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah mengerti;
6. tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap kalimat, tuliskan kalimat yang penting dan menjadi topik utama;
7. berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan pesan;
8. atur isi tulisan secara sistematis;
9. gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo antara 8–10 baris, dan untuk surat tidak lebih dari enam baris setiap paragraf;
10. komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus.
Komunikasi Secara Langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal. Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan agresif, khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan.
Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (body language). Menurut Arnold dan Boggs (1989) komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal karena mengandung komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi, akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika
komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa adanya penjelasan secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal:
1. lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian penting pada proses komunikasi;
2. penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik, merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi;
3. kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk berkomunikasi;
4. postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan orang yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
5. ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan;
6. suara: intonasi, volume, dan refleksi—cara tersebut menandakan bahwa pesan dapat ditransfer dengan baik.
Komunikasi Via Telepon
Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada telepon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan sopan serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus menunggu untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan harus singkat untuk menghindari kesan yang negatif.
Strategi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit
Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara spesifik melalui strategi perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu struktur, budaya, dan teknologi harus mendapat perhatian yang sama.
Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Setiap struktur yang ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat membantu penyelesaian masalah organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk diubah dalam waktu sesaat. Kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan mengingat perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan yang efektif.
Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan organisasi sering memerlukan perantara yang akan sangat bermanfaat di masa akan datang, yaitu teknologi elektronik dan penggunaan media. Setiap suatu perubahan di rumah sakit harus selalu didukung oleh perencanaan Health Information System (HIS) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan selalu dipantau dan dievaluasi pada setiap tahap proses perubahan.
Aplikasi Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah sebagai berikut.
Komunikasi Saat Serah Terima Tugas (Overan)
Pada saat overan antarperawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan overan bersama dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif daripada harus menghabiskan waktu orang lain sekadar untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan membantu perawat dalam menerima overan secara nyata.
Wawancara/Anamnesis
Anamnesis pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan (proses keperawatan). Perawat melakukan anamnesis kepada pasien, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya. Wawancara adalah metode komunikasi dengan digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan pasien. Data tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien dengan melaksanakan tindakan secara tepat. Data yang didapatkan harus akurat tanpa bias, sehingga wawancara sebaiknya dilaksanakan secara terencana.
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:
1. hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat, ciptakan suasana yang hangat, dan kekeluargaan;
2. hindari interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh—wawancara merupakan proses komunikasi aktif yang membutuhkan fokus dan perhatian terhadap pertanyaan;
3. hindari respons dengan hanya “ya” dan “tidak” karena akan mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi;
4. tidak memonopoli pembicaraan dengan cara menyampaikan kata-kata “ya” dan “tidak”—meskipun kata-kata tersebut meninggalkan kesan negatif—ditambah kata-kata sesuai dengan topik yang dibicarakan;
5. hindari hambatan personal—keberhasilan suatu komunikasi sangat ditentukan oleh subjektivitas seseorang—jika perawat menunjukkan rasa tidak senang
kepada pasien sebelum komunikasi, maka akan berdampak terhadap hasil yang didapat selama proses komunikasi.
Komunikasi melalui Komputer
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada sistem manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data pasien melalui komputer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat. Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat diperoleh dengan menggunakan Internet, yang akan memudahkan perawat saat mengalami kesulitan dalam menangani masalah pasien.
Komunikasi tentang Kerahasiaan
Pasien yang masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan mempercayakan datanya yang bersifat rahasia kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien. Di satu sisi dia membutuhkan kebenaran informasi yang diberikan pasien dengan cara mengonfirmasi ke orang lain. Di lain sisi, dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapapun.
Komunikasi melalui Sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil suatu keputusan. Tetapi yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik sentuhan tersebut adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien. Dalam situasi ini perlu adanya suatu persetujuan.
Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antartim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan.
Menurut Nursalam (2011) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, maka perawat dapat memberi dan menerima pendapat serta pemikiran. Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah:
1. dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat;
2. mengomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan, apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien;
3. manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat;
4. komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatan profesional merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksud di sini adalah adanya suatu kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing individu sesuai dengan kedudukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar