Motivasi dan kepuasan Kerja
III.
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
Penampilan
kerja adalah akibat adanya interaksi antara dua
variabel,yaitu kemampuan melaksanakan tugas dan motivasi. Kemampuanmelaksanakan
tugas merupakan unsur utama dalam menilai kinerja seseorang. Namun, tugas tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa didukung oleh suatu kemauan dan
motivasi. Jika seseorangtelah melaksanakan tugas dengan baik, maka dia akan
mendapatkankepuasan terhadap hasil yang dicapai dan tantangan selama
prosespelaksanaan. Kepuasan tersebut dapat tercipta dengan strategimemberikan
penghargaan yang dicapai, baik berupa fisik maupunpsikis dan peningkatan
motivasi.
A. Teori Motivasi dan Manajemen
1.
Pengertian
Motivasi
adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktorfaktor yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang
melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku
Dari
berbagai macam definisi motivasi, ada tiga hal penting dalam pengertian
motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan
muncul karena seseorang merasakan sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun
psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan
tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi.
Memotivasi
adalah proses manajemen untuk memengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan
pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Stoner dan Freeman, 1995:
134). Menurut bentuknya, motivasi terdiri atas:
a. motivasi
intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu;
b. motivasi
ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu;
c. motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul
dalam kondisi terjepit secara serentak dan menghentak dengan cepat sekali
2.
Unsur
Motivasi
Motivasi
mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan
terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang mereka
miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang
berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang
berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti daripada motivasi.
Pada
dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi timbul,
memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan
tercapai, motivasi itu berhenti. Tapi itu akan kembali pada keadaan semula
apabila ada suatu kebutuhan lagi. Siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Siklus
tersebut merupakan siklus dasar. Untuk memahami motif pada manusia dengan lebih
tuntas, ada faktor lain yang berperan dalam siklus motif tersebut, yaitu faktor
kognitif. Seperti kita ketahui bahwa kognitif merupakan proses mental seperti
berpikir, ingatan, persepsi. Dengan berperannya faktor kognitif dalam siklus
motif, maka driving state dapat dipicu oleh pikiran ataupun ingatan.
Pada
dasarnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Sadirman, 2003) sebagai
berikut.
a. Motivasi
Internal.
Motivasi
yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam
diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan
memengaruhi pikirannya yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang
tersebut. Motivasi internal dikelompokkan menjadi dua.
1) Fisiologis,
yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain.
2) Psikologis,
yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar.
a) Kasih
sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan, keharmonisan, kepuasan
batin/emosi dalam berhubungan dengan orang lain.
b) Mempertahankan
diri, untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari
dari rasa malu dan ditertawakan orang, serta kehilangan muka, mempertahankan
gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.
c) Memperkuat
diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang
lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.
b. Motivasi
Eksternal.
Motivasi eksternal tidak dapat
dilepaskan dari motivasi internal.Motivasi eksternal adalah motivasi yang
timbul dari luar/lingkungan. Misalnya: motivasi eksternal dalam belajar antara
lain beupa penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru,
teman atau keluarga.
3.
Berbagai
Teori Motivasi (Stoner dan Freeman, 1995)
Landy
dan Becker mengelompokkan banyak pendekatan modern pada teori dan praktik
menjadi lima kategori: teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori
harapan, dan teori penetapan sasaran.
a. Teori
Kebutuhan.
Teori
kebutuhan berfokus pada kebutuhan orang untuk hidup berkecukupan. Dalam
praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan apa yang dilakukan seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, motivasi dimiliki
seseorang pada saat belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam
kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan lagi menjadi
motivator. teori-teori yang termasuk dalam teori kebutuhan adalah:
b. Teori
Hierarki Kebutuhan menurut Maslow.
Teori
ini dikembangkan oleh Abraham Maslow, yang terkenal dengan kebutuhan FAKHA
(Fisiologis, Aman, Kasih Sayang, Harga Diri, dan Aktualisasi Diri) di mana dia
memandang kebutuhan manusia sebagai lima macam hierarki, mulai dari kebutuhan
fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi
diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang
paling menonjol atau paling kuat bagi mereka pada waktu tertentu.
c. Teori
ERG.
Teori
ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (Existence,
kebutuhan mendasar dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan hubungan antarpribadi) dan kebutuhan pertumbuhan
(Growth, kebutuhan akan kreativitas
pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan bahwa jika kebutuhan
yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan
kembali, walaupun sudah terpuaskan
d. Teori
Tiga Macam Kebutuhan.
John
W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan mendasar dalam diri orang yang
termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for achivement), kebutuhan kekuatan (need of power), dan kebutuhan untuk berafiliasi atau berhubungan
dekat dengan orang lain (need for affiliation).Penelitian McClelland juga
mengatakan bahwa manajer dapat mencapai tingkat tertentu, menaikkan kebutuhan
untuk berprestasi dari karyawan dengan menciptakan lingkungan kerja yang
memadai.
e. Teori
Motivasi Dua Faktor.
Teori
ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg di mana dia meyakini bahwa karyawan
dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri dan di dalamnya terdapat kepentingan
yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dari penelitiannya, Herzberg
menyimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan dalam bekerja muncul dari dua
faktor yang terpisah.Semua faktor-faktor penyebab ketidakpuasan memengaruhi
konteks tempat pekerjaan dilakukan. Faktor yang paling penting adalah kebijakan
perusahaan yang dinilai oleh banyak orang sebagai penyebab utama
ketidakefisienan dan ketidakefektifan. Penilaian positif terhadap berbagai
faktor ketidakpuasan ini tidak menyebabkan kepuasan kerja tetapi hanya
menghilangkan ketidakpuasan. Secara lengkap, beberapa faktor yang membuat
ketidakpuasan adalah kebijakan perusahaan dan administrasi, supervisi, hubungan
dengan supervisor, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan sejawat,
kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan.
Faktor
penyebab kepuasan (faktor yang memotivasi) termasuk prestasi, pengakuan,
tanggung jawab, dan kemajuan, semuanya berkaitan dengan isi pekerjaan dan
imbalan prestasi kerja. Berbagai faktor lain yang membuat kepuasan yang lebih
besar, yaitu: berprestasi, pengakuan, bekerja sendiri, tanggung jawab, kemajuan
dalam pekerjaan, dan pertumbuhan.
2.
Teori Keadilan.
Teori
keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan
adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu
akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang
mereka kerjakan.
3.
Teori Harapan.
Teori
ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku
berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah
laku). Teori harapan terdiri atas dasar sebagai berikut.
a.
Harapan hasil prestasi.
Individu
mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan ini
nantinya akan memengaruhi keputusan tentang bagaimana cara mereka bertingkah
laku.
b.
Valensi.
Hasil
dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai valensi atau kekuatan untuk
memotivasi. Valensi ini bervariasi dari satu individu ke individu yang lain.
c.
Harapan prestasi usaha.
Harapan
orang mengenai tingkat keberhasilan mereka dalam melaksanakan tugas yang sulit
akan berpengaruh pada tingkah laku.Tingkah laku seseorang sampai tingkat
tertentu akan bergantung pada tipe hasil yang diharapkan. Beberapa hasil
berfungsi sebagai imbalan intrinsik yaitu imbalan yang dirasakan langsung oleh
orang yang bersangkutan. Imbalan ekstrinsik (misal: bonus, pujian, dan promosi)
diberikan oleh pihak luar seperti supervisor atau kelompok kerja.
4.
Teori Penguatan.
Teori
penguatan, dikaitkan oleh ahli psikologi B. F. Skinner dengan teman-temannya,
menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku di masa lampau akan memengaruhi
tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Rangsangan
→ Respons → Konsekuensi → Respons Masa Depan.
Dalam
pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang terhadap suatu situasi atau
peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan
menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan
respons
konsekuensi. Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia
memberikan respons pada rangsangan terhadap pola tingkah laku yang konsisten
sepanjang waktu.
5.
Teori Prestasi ( McClelland).
Pada
tahun 1961 bukunya‚ The Achieving Society,
David Mc Clelland menguraikan tentang teorinya. Dia mengusulkan bahwa kebutuhan
individu diperoleh dari waktu ke waktu dan dibentuk oleh pengalaman hidup
seseorang. Dia menggambarkan tiga jenis kebutuhan motivasi (Marquis dan Huston,
1998). Dalam sebuah studi Motivasi McClelland mengemukakan adanya tiga macam
kebutuhan manusia yaitu sebagai berikut.
a.
Need for Achievement (Kebutuhan untuk berprestasi).
Kebutuhan
untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab
untuk pemecahan masalah. Untuk mengungkap kebutuhan akan prestasi. Ini dapat
diungkap dengan teknik proyeksi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang
mempunyai Need for Achievement tinggi
akan mempunyai performance yang lebih
baik daripada orang yang mempunyai Need
for Achievement rendah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa untuk
memprediksi bagaimana performance
seseorang dapat dengan jalan mengetahui Need
for Achievement (kebutuhan akan prestasinya). Teori McClelland ini penting
karena ia berpendapat bahwa motif prestasi dapat diajarkan. Hal ini dapat
dicapai dengan belajar. Menurut McClelland, setiap orang memiliki motif
prestasi sampai batas tertentu. Namun, ada yang terus-menerus lebih
berorientasi prestasi daripada yang lain. Kebanyakan orang akan menempatkan
lebih banyak upaya ke dalam pekerjaan mereka jika mereka ditantang untuk
berbuat lebih baik.
Ciri
orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi:
1)
berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif,
2)
mencari feedback tentang perbuatannya,
3)
memilih risiko yang sedang di dalam perbuatannya,
4)
mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya
Masyarakat
dengan keinginan berprestasi yang tinggi cenderung untuk menghindari situasi
yang berisiko terlalu rendah maupun yang berisiko sangat tinggi. Situasi dengan
risiko yang sangat kecil menjadikan prestasi yang dicapai akan terasa kurang
murni, karena sedikitnya tantangan. Sementara itu situasi dengan risiko yang
terlalu tinggi juga dihindari dengan memperhatikan pertimbangan hasil yang
dihasilkan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya mereka lebih suka pada
pekerjaan yang memiliki peluang atau kemungkinan sukses yang moderat, peluangya
50% : 50%. Motivasi ini membutuhkan feed back untuk memonitor kemajuan dari
hasil atau prestasi yang mereka capai. Ibu yang memiliki kebutuhan prestasi
tinggi dalam melengkapi status imunisasi anak, akan berusaha mengimunisasikan
anaknya sesuai jadwal imunisasi yang ada dan menunjukkan partisipasinya
mengikuti program yang ada di masyarakat. Oleh karena ibu tidak menginginkan
anaknya terkena penyakit menular akibat tidak diimunisasi sehingga performa
yang ditunjukkan oleh ibu yang memiliki motivasi tinggi berbeda dengan ibu yang
memiliki motivasi yang rendah.
b.
Need for Affiliation (Kebutuhan untuk
berafiliasi).
Afiliasi
menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan berhubungan dengan orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang
lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain. Seseorang yang kuat akan kebutuhan berafiliasi, akan selalu mencari
orang lain, dan juga mempertahankan akan hubungan yang telah dibina dengan
orang lain tersebut. Sebaliknya, apabila kebutuhan akan berafiliasi ini rendah,
maka seseorang akan segan mencari hubungan dengan orang lain, dan hubungan yang
telah terjadi tidak dibina secara baik agar tetap dapat bertahan.
Ciri
orang yang memiliki kebutuhan afilasi yang tinggi adalah sebagai berikut.
1)
Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaan daripada
tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.
2)
Melakukan pekerjaan lebih efektif apabila bekerja sama dengan orang lain dalam
suasana yang lebih kooperatif.
3)
Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
4)
Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
5)
Selalu berusaha menghindari konflik
Mereka
yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sangat menginginkan hubungan
yang harmonis dengan orang lain dan sangat ingin merasa diterima oleh orang
lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma dan
nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang
memberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka
akan sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat mengutamakan
interaksi sosial. Ibu yang memiliki kebutuhan afilasi tinggi akan selalu
berusaha mematuhi norma dan nilai yang ada di lingkungannya untuk
mengimunisasikan anaknya secara lengkap. Karena ingin membangun interaksi yang
baik dengan masyarakat sekitar dan berusaha mencegah konflik akibat tidak
mengikuti norma yang ada atau program yang ada di masyarakat.
b. Need for Power (Kebutuhan untuk
berkuasa).
Kebutuhan
untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas
untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam interaksi sosial seseorang
akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power).
Orang yang mempunyai power need tinggi akan mengadakan kontrol mengendalikan
atau memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah
satu menefestasi dari power need tersebut.
Ciri
orang yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi adalah sebagai berikut.
1)
Menyukai pekerjaan di mana mereka menjadi pemimpin.
•
Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi di manapun
dia berada.
•
Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat
mencerminkan prestise.
•
Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau
organisasi.
Seseorang
dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1)
Personal power: mereka yang mempunyai
personal power motive yang tinggi cenderung untuk memerintah secara langsung,
dan bahkan cenderung memaksakan kehendaknya.
2)
Institutional power: mereka yang
mempunyai institutional power motive yang tinggi, atau sering disebut social
power motive, cenderung untuk mengorganisasikan usaha dari rekan-rekannya untuk
mencapai tujuan bersama.
Ibu
yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi akan berusaha melengkapi status
imunisasi anaknya, karena orang tua memiliki pengaruh dan kontrol terhadap
anaknya. Jika orang tua saja melakukan imunisasi secara lengkap maka anak juga
harus mendapatkan imunisasi secara lengkap.
B. Motivasi Kerja
1. Pengertian
Bekerja
adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan.
Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental, bekerja itu merupakan proses fisik dan
mental manusia dalam mencapai tujuannya. Sementara itu pengertian motivasi
kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan,
dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara,
2000: 94).
2. Prinsip-Prinsip dalam Memotivasi
Kerja Pegawai
Terdapat
beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai (Mangkunegara, 2000; dalam
Nursalam, 2007).
a.
Prinsip partisipatif.
Pegawai
perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi menentukan tujuan yang akan
dicapai oleh pemimpin dalam upaya memotivasi kerja.
b.
Prinsip komunikasi.
Pemimpin
mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas.
Informasi yang jelas akan membuat kerja pegawai lebih mudah dimotivasi.
c.
Prinsip mengakui andil bawahan.
Pemimpin
mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil dalam usaha pencapaian tujuan.
Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi.
c.
Prinsip pendelegasian wewenang.
Pemimpin
akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk dapat
mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya sewaktu-waktu. Hal ini
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai
tujuan yang diharapkan oleh pemimpin
d.
Prinsip memberi perhatian.
Pemimpin
memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahannya, sehingga
bawahan akan termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pemimpin
3. Peran Manajer dalam Menciptakan
Motivasi
Manajer
memegang peran penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer harus mempertimbangkan
keunikan/karakteristik stafnya dan berusaha untuk memberikan tugas sebagai
suatu strategi dalam memotivasi staf. Kegiatan yang perlu dilaksanakan manajer
dalam menciptakan suasana yang motivatif adalah sebagai berikut.
a.
Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengomunikasikan harapan
tersebut kepada para staf.
b.
Harus adil dan konsisten terhadap semua staf/karyawan.
c.
Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai.
d.
Mengembangkan konsep kerja tim.
e.
Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi.
f.
Menunjukkan kepada staf bahwa Anda memahami perbedaan-perbedaan dan keunikan
dari masing-masing staf.
g.
Menghindarkan adanya suatu kelompok/perbedaan antarstaf.
h.
Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan melakukan
suatu tantangan-tantangan yang akan memberikan pengalaman yang bermakna.
i.
Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan dibuat
di organisasi.
j.
Memastikan bahwa staf mengetahui dampak dari keputusan dan tindakan yang akan
dilakukannya.
k.
Memberi kesempatan setiap orang untuk mengambil keputusan sesuai tugas limpah
yang diberikan.
l.
Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.
m.
Memberikan kesempatan kepada staf untuk melakukan koreksi dan pengawasan
terhadap tugas.
n.
Menjadi role model bagi staf.
o.
Memberikan dukungan yang positif.
4. Peran Mentor Sebagai Instrumen
Peningkatan Motivasi Kerja
Peran
sebagai mentor manajer keperawatan adalah sebagai berikut (Darling, 1984
dikutip oleh Marquis dan Huston, 1998: 246).
a.
Model: seseorang yang perilakunya menjadi contoh dan panutan.
b.
Envisioner: seseorang yang dapat
melihat dan berkomunikasi arti keperawatan profesional dan keterkaitannya dalam
praktik keperawatan.
c.
Energizer: seseorang yang selalu
dinamis dan memberikan stimulasi kepada staf untuk berpartisipasi terhadap
program kerjanya.
d.
Investor: seseorang yang
mengivestasikan waktu dan tenaga dalam perkembangan profesi dan organisasi.
e.
Supporter: seseorang yang memberikan
dukungan emosional dan menumbuhkan rasa percaya diri.
f.
Standard procedure: seseorang selalu
berpegang pada standar yang ada dan menolak aktivitas yang kurang atau tidak
memenuhi kriteria standar.
g.
Teacher-coach: seseorang yang
mengajarkan kepada Anda tentang kemampuan skill interpersonal, dan politik yang
penting dalam pengembangan.
h.
Feedback giver: seseorang yang
memberikan umpan balik, baik secara tulus positif atau positif dalam
perkembangan.
i.
Eye-opener: seseorang yang selalu
memberikan wawasan/pandangan yang luas tentang situasi terbaru yang terjadi.
j.
Door-opener: seseorang yang selalu
membuka diri dan memberikan kesempatan kepada staf untuk berkonsultasi.
k.
Idea bouncer: seseorang yang akan
selalu berdiskusi dan mendengar pendapat Anda.
l.
Problem solver: seseorang yang akan
membantu Anda dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
m.
Career counselor: seseorang yang
membantu Anda dalam pengembangan karier (cepat ataupun lambat).
n.
Challenger: seseorang yang mendorong
Anda untuk menghadapi perubahan/tantangan secara kritis dan pantang menyerah
5. Motivasi Diri untuk Manajer
Motivasi
diri sendiri dari manajer merupakan variabel yang menentukan motivasi pada semua
tingkatan, khususnya kepuasan kerja staf dan untuk tetap bertahan bekerja pada
institusi tersebut. Sikap yang positif, semangat, produktif, dan melaksanakan
kegiatan dengan baik merupakan faktor utama yang harus dimiliki manajer.
Terjadinya “burn out” salah satunya
disebabkan oleh sikap manajer yang kurang positif. Oleh karena itu, secara
kontinu manajer selalu memonitor tingkat motivasinya dan menjadikan motivasinya
sebagai panutan bagi staf.
Hal
penting yang harus dilaksanakan oleh manajer keperawatan adalah perawatan diri.
Ada beberapa strategi untuk mempertahankan self
care (Summers, 1994), yaitu sebagai berikut.
1.
Mencari konsultan dan kelompok pendukung yang memungkinkan manajer untuk selalu
memperhatikan staf dan mendengarkan keinginan Anda.
2.
Mempertahankan diet dan aktivitas.
3.
Mencari aktivitas yang membantu manajer untuk dapat santai.
4.
Memisahkan urusan pekerjaan dari kehidupan di rumah.
5.
Menurunkan harapan yang terlalu tinggi dari diri Anda dan orang lain.
6.
Mengenali keterbatasan/kelemahan.
7.
Menyadari bahwa bukan hanya Anda yang dapat menyelesaikan semua pekerjaan,
belajarlah menghargai kemampuan staf.
8.
Berani mengatakan “tidak” jika Anda tidak dapat melaksanakan pekerjaan yang
akan dibebankan pada anda.
9.
Bersantai, tertawa, dan berkumpul dengan teman-teman.
10.
Menanamkan bahwa semua yang Anda kerjakan adalah untuk kemaslahatan umat dan
sebagai ibadah
C. Penampilan dan Kepuasan Kerja
Faktor yang Memengaruhi Penampilan
dan Kepuasan Kerja
1.
Motivasi.
Menurut
Rowland dan Rowland (1997), fungsi manajer dalam meningkatkan kepuasan kerja
staf didasarkan pada faktor-faktor motivasi, yang meliputi:
a.
keinginan untuk peningkatan;
b.
percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi;
c.
memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan;
d.
umpan balik;
e.
kesempatan untuk mencoba;
f.
instrumen penampilan untuk promosi, kerja sama, dan peningkatan penghasilan.
Kebutuhan
seseorang untuk mencapai prestasi merupakan kunci suatu motivasi dan kepuasan
kerja. Jika seseorang bekerja, maka kebutuhan pencapaian prestasi tersebut
berubah sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi: program
pelatihan, pembagian atau jenis tugas yang diberikan, tipe supervisi yang
dilakukan, perubahan pola motivasi, dan faktor-faktor lain.
Seseorang
memilih pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
Motivasi akan menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam keadaan ini,
maka persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum melaksanakan atau
memilih pekerjaannya.
Motivasi
seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba dan
mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu, penghargaan
psikis sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta
dibimbing manakala melakukan suatu kesalahan.
2.
Lingkungan.
Faktor
lingkungan juga memegang peranan penting dalam motivasi. Faktor lingkungan
tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.
Komunikasi:
•
penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan;
•
pengetahuan tentang kegiatan organisasi;
•
rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi.
b.
Potensial pertumbuhan:
•
kesempatan untuk berkembang, karier, dan promosi;
•
dukungan untuk tumbuh dan berkembang: pelatihan, beasiswa pendidikan dan
pelatihan manajemen bagi staf yang dipromosikan.
c.
Kebijaksanaan individu:
•
mengakomodasi kebutuhan individu: jadwal kerja, liburan, dan cuti sakit serta
pembiayaannya;
•
keamanan pekerjaan;
•
loyalitas organisasi terhadap staf;
•
menghargai staf berdasarkan agama dan latar belakangnya;
•
adil dan konsisten terhadap keputusan organisasi.
d.
Upah/gaji: gaji yang cukup untuk kebutuhan hidup.
e.
Kondisi kerja yang kondusif.
3.
Peran manajer.
Peran
manajer dapat memengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Peran manajer juga
mungkin memengaruhi faktor lain, bergantung pada tugas manajer (bagaimana
manajer bekerja dalam suatu organisasi). Secara umum, peran manajer dapat
dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikis.
Kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam
memperlakukan stafnya. Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar menciptakan
suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor
lingkungan dalam tugas profesional sebagaimana dibahas sebelumnya, yaitu komunikasi,
potensial perkembangan, kebijaksanaan, gaji atau upah, dan kondisi kerja.
Dua
belas kunci utama dalam kepuasan kerja (Rowland dan Rowland, 1997: 517–518),
adalah:
a.
input;
b.
hubungan manajer dan staf;
c.
disiplin kerja;
d.
lingkungan tempat kerja;
e.
istirahat dan makan yang cukup;
f.
diskriminasi;
g.
kepuasan kerja;
h.
penghargaan penampilan;
i.
klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan;
j.
mendapatkan dan mendapatkan kesempatan;
k.
pengambilan keputusan;
l.
gaya manajer
Keberhasilan Penyelesaian Tugas
Sebagai Strategi Meningkatkan Kepuasan Kerja
Setelah
manajer keperawatan menentukan bahwa program keperawatan dan iklim organisasi
tidak kondusif, mereka harus merancang strategi untuk menciptakan situasi yang
kondusif. Salah satu strategi yang perlu dipertimbangkan adalah rencana kerja.
Tujuan utama menyusun rencana pembagian tugas tersebut adalah untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya.
Rencana pembagian tugas terdiri atas tiga aspek, yakni pengembangan tugas,
keterlibatan dalam tugas, dan rotasi tugas.
Menurut
Kopelman (1986) faktor penentu organisasi yakni kepemimpinan dan sistem imbalan
berpengaruh pada kinerja individu atau organisasi melalui motivasi, sedangan
faktor penentu organisasi, yakni pendidikan berpengaruh pada kinerja individu
atau organisasi melalui variabel pengetahuan, keterampilan atau kemampuan.
Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja.
1.
Organizational characteristics.
a. Reward system.
Pemberian
penghargaan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan apa yang diinginkan
rumah sakit dalam jangka panjang untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan,
praktik dan proses pemberian penghargaan yang mendukung pencapaian tujuan dan
memenuhi kebutuhan. Penghargaan diartikan sebagai suatu stimulus terhadap
perbaikan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
b.
Goal setting and MBO.
Visi
adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan
pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan
cita-cita masa depan. Tenaga keperawatan sebagai perpanjangan tangan dari rumah
sakit dalam menerjemahkan visi dan misi. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan
visi dan misi organisasi dalam memberikan pelayanan keperawatan.
c.
Selection.
Seleksi
tenaga harus didasarkan pada the
principles of the right man, on the right place and on the right time.
d.
Training and development.
Pelatihan
(training) adalah proses pendidikan
jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir
dalam pembelajaran kepada tenaga keperawatan.
e.
Leadership.
Pengertian
kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain agar mau bekerja
sama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
f.
Organization structure dan culture.
Struktur
organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang
satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.
Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa
melapor kepada siapa.
2.
Nurse characteristics.
a.
Knowledge.
Pengetahuan
dapat diartikan sebagai actionable information atau information yang dapat
ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi
tertentu.
b.
Skills.
Skill sebagai
kapasitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan beberapa tugas. Hard skills merupakan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
ilmunya.
c. Ability.
Kemampuan
seorang untuk melakukan sesuatu, ada banyak aspek yang dapat dinilai dari
variabel kemampuan, di antaranya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Perawat perlu terus mengembangkan diri melalui uji kompetensi, pendidikan
formal dan nonformal.
d.
Motivation.
Motivasi
adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam motivasi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan. Perawat perlu dipupuk motivasi yang tinggi
sebagai bentuk pengabdian dan altruisme pada kebutuhan pasien untuk kesembuhan.
e.
Attitudes.
Sikap
merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Komponen sikap, struktur sikap terdiri atas 3 komponen
yang saling menunjang yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
f.
Value dan Norm.
Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem
sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap
manusia. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Perawat perlu memperhatikan aspek nilai dan norma
dalam melayani pasien.
3.
Work characteristics.
a.
Objective performance.
Tujuan
dari manajemen kinerja adalah mengatur kinerja, mengetahui seberapa efektif dan
efisien suatu kinerja organisasi, membantu dalam menentukan keputusan
organisasi yang berkaitan dengan kinerja organisasi, kinerja tiap bagian dalam
organisasi, dan kinerja individual, meningkatkan kemampuan organisasi dan
mendorong karyawan agar bekerja sesuai prosedur, dengan semangat, dan produktif
sehingga hasil kerja optimal.
b.
Feedback.
Umpan
balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat. Hal ini karena
membetulkan (memperbaiki) kesalahan: salah satu tugas pemimpin.
c.
Job design.
Desain
pekerjaan (job design) adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorangatau
sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur penugasan
kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.
d.
Work schedule.
Dalam
proses berjalan suatu organisasi dapat eksis di bidangnya, perlu pengaturan waktu
yang efektif sehingga memeperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
B. Kepuasan
1. Pengertian
Kepuasan
adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya. Jadi
kepuasan pelanggan adalah hasil dari akumulasi konsumen atau pelanggan dalam
menggunakan produk atau jasa (Irawan, 2003).
Kepuasan
adalah model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya)
dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan. (Woodruff and Gardial dalam
Supriyanto, 2006)
2. Teori Model Kepuasan
a. Model, Kebutuhan, Keinginan,
Utilisasi
Factor provider
adalah terkait dengan karakteristik provider
(pengetahuan dan kemampuan, motivasi, etos kerja) dalam menyediakan layanan
kesehatan. Selain itu faktor variabel pekerjaan (desain pekerjaan, bahan
kerja), dan faktor organisasi (kepemimpinan, supervisi, imbalan pekerjaan) juga
ikut memengaruhi sikap dan perilaku provider.
Kebutuhan
adalah suatu keadaan sebagian dari kepuasan dasar yang dirasakan dan dan
disadari. kebutuhan adalah penyimpangan biopsikososial, terkait dengan kondisi
sehat dan sakit seseorang (State of
Health and illnes).
Kepuasan
pelanggan menurut model kebutuhan ialah suatu keadaan di mana kebutuhan,
keinginan dan harapan pasien dapat dipenuhi melalui produk atau jasa yang
dikonsumsi. Oleh karena itu kepuasan pasien adalah rasio kualitas yang
dirasakan oleh pasiern dibagi dengan kebutuhan, keinginan dan harapan pasien.
Model
kebutuhan adalah model yang menjelaskan faktor dominan pengaruh dari perspektif
pasien (masyarakat). Pada utilisasi ada dua kemungkinan bahwa permintaan dan
harapan masyarakat bisa dipenuhi. Kondisi ini disebut satisfied demand,
sedangkan bila masyarakat tidak mendapatkan seperti yang di minta dan
diharapakan, maka disebut unsatisfied demand. Unsatisfied demand adalah mereka
yang berharap berobat ke puskesmas, tetapi karena adanya barier (kendala)
ekonomi atau jarak, akhirnya berobat tradisional. Satisfied demand adalah
mereka yang menginginkan berobat ke puskesmas dan dapat terpenuhi keinginannya.
Model Kesenjangan (The
Expectancy-Disconfirmation Model)
Woodruff
dan Gardial (2002), mendefinisikan kepuasan sebagai model kesenjangan antara
harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima
pelanggan. Comparison standard ialah standar yang digunakan untuk menilai ada
tidaknya kesenjangan antara apa yang dirasakan pasien dengan standar yang ditetapkan.
Standar dapat berasal dari hal-hal berikut.
1.
Harapan pasien, bagaimana pasien mengharapkan produk/jasa yang seharusnya dia
terima.
2.
Pesaing. Pasien mengadopsi standar kinerja pesaing rumah sakit untuk kategori
produk/jasa yang sama sebagai standar perbandingan.
3.
Kategori produk/jasa lain.
4.
Janji promosi dari rumah sakit.
5.
Nilai/norma industri kesehatan yang berlaku ( Supriyanto dan Ratna, 2007).
Kepuasan pelanggan (pasien)
Pasien
adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-Ekonomi-Budaya, artinya dia memerlukan
terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan dari aspek biologis (kesehatan),
aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan dan
afiliasi sosial), dan aspek budaya. Siapapun yang mengetahui secara khusus
kebutuhan, keinginan ataupun harapan pelanggan atau pasien, maka dialah yang
mempunyai keuntungan berhubungan dengan pelanggan.
Kepuasan
pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan
pelanggan dapat Anda penuhi, maka pelanggan akan puas. Kepuasan pelanggan
adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa yang diterima telah
sesuai atau melebihi harapan pelanggan. kepuasan pasien adalah karena kepuasan
pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan
kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi
dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien yang loyal akan
menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang sama bila mereka membutuhkan lagi.
Bahkan telah diketahui bahwa pasien loyal akan mengajak orang lain untuk
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama.
Pasien
yang loyal adalah “sarana promosi” yang murah. Memiliki pasien loyal akan
meningkatkan daya jual institusi pelayanan kesehatan demikian, juga
kemampuannya untuk berlaba (profitabillitas meningkat). Dengan demikian subsidi
silang untuk meningkatkan kualitas pelayanan maupun imbalan yang diberikan pada
seluruh SDM di Institusi pelayanan kesehatan tersebut juga akan dapat lebih
meningkat, kesejahteraan meningkat, gairah kerja tenaga kesehatan semakin
meningkat termasuk kemauan untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya. Kinerja
akan semakin meningkat di mana pelayanan kepada pasien menjadi semakin baik,
akibatnya pasien akan menjadi semakin peuas dan bila pasien tersebut
membutuhkan pelayanan kesehatan lagi dia akan menggunakan kembali pelayanan
yang sama.
Pelanggan
loyal tidak sensitif terhadap tarif. Dalam jangka panjang pelanggan loyal
akhirnya akan memberikan profitabilitas rumah sakit. Oleh karena itu kepuasan
merupakan aset berharga. Namun dalam upaya memuaskan pelanggan, juga harus
tetap mempehatikan ukuran aspek yang lain, sehingga tidak terjadi over
investment (biaya upaya memuaskan pelanggan lebih besar dari pendapatan). Figur
yang menunjukkan hubungan antara kepuasan pelanggan internal dan eksternal dan
kemampulabaan rumah sakit (Kaplan, Norton, 1996).
Faktor-faktor yang memengaruhi
kepuasaan
Ada
beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan pasien, yaitu sebagai berikut.
1.
Kualitas produk atau jasa.
Pasien
akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa
yang digunakan berkualitas.
2.
Harga.
Harga,
yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek
penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan
pasien. Meskipun demikian elemen ini memengaruhi pasien dari segi biaya yang
dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai
harapan yang lebih besar.
3.
Emosional.
Pasien
yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen bila
dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai
pandangan, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
4.
Kinerja.
Wujud
dari kinerja ini misalnya: kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan
kelengkapan peralatan rumah sakit.
5.
Estetika.
Estetika
merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh pancaindra.
Misalnya: keramahan perawat, peralatan yang lengkap dan sebagainya
6.
Karakteristik produk.
Produk
ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi.
Karakteristik produk meliputi penampilan bangunan , kebersihan dan tipe kelas
kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.
7.
Pelayanan.
Pelayanan
keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Institusi pelayanan
kesehatan dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan
kebutuhan pasien. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap
pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya: pelayanan yang cepat, tanggap
dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
8.
Lokasi.
Lokasi,
meliputi, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang
menentukan pertimbangan dalam memilih institusi pelayanan kesehatan. Umumnya
semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang mudah
dijangkau,
mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan
bagi pasien.
9.
Fasilitas.
Kelengkapan
fasilitas turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas
kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman
dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian
kepuasan pasien, namun institusi pelayanan kesehatan perlu memberikan perhatian
pada fasilitas dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.
10.
Komunikasi.
Komunikasi,
yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap
keluhan pasien.
11.
Suasana.
Suasana,
meliputi keamanan dan keakraban. Suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan indah
akan sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu
tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang
berkunjung akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga
akan terkesan bagi pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut.
12.
Desain visual.
Desain
visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit.
Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu kenyamanan. (Klinis, 2007).
Indeks kepuasan
Ada
beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen. Secara garis besar
dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Producy
Quality, Service Quality, Price Emotional Factor, dan Cost of Aquiring (Supriyanto
dan Ratna, 2007).
1.
Product Quality.
Bagaimana
konsumen akan merasa puas atas produk barang yang digunakan. Beberapa dimensi
yang membentuk kualitas produk barang adalah performance, reliabillity, conformance, durability, feature dan
lain-lain.
2.
Service Aquality.
Bagaimana
konsumen akan puas dengan jasa yang telah dikonsumsinya. Dimensi service qulity
yang lebih dikenal dengan servqual meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy,
responsiveness. Skala nilai dinyatakan dengan skala 1−5. Skala 1 adalah
tidak puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor
(skor=jumlah n pengukuran dikatakan skala).
3.
Emotional Factor.
Keyakinan
dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan dibandingkan pesaing.
Emotional factor diukur dari preceived best score, artinya persepsi kualitas
terbaik dibandingkan pesaingnya.
4. Price.
Harga
dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai)
manfaat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah harga
pelayanan medis (medical care) yang
harus dibayar konsumen (Price is that
which is given in an exchange to aquire a good or service).
5.
Cost of Aquaring.
Biaya
yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar